Mungkin saat kita mendengar kata berbakti pada orang tua, timbul kesan bahwa semua itu cukuplah dengan membahagiakan orang tua lewat belajar rajin, membelikan hadiah yang menyenangkan orang tua, sering menelopon orang tua mengabarkan kondisi kita sehingga mereka tidak khawatir, dan beberapa perbuatan – perbuatan lainnya. Semua itu benar, semua tindakan itu memang termasuk perbuatan berbakti pada orang tua dimana esensinya adalah membuat orang tua senang dan bahagia, tentu saja dalam parameter – parameter islam.

Tapi jika kita melihat sebuah kisah yang terjadi pada masa bani israil yang disebutkan dalam hadist di kitab Adabul Mufrad karya Imam Bukhari dan Muslim dalam bab Al Birr ternyata cakupan berbakti itu sangat dalam.

Dalam kisah tersebut dikisahkan tentang seorang ahli ibadah yang bernama Juraij. Rasulullah berkata, “Juraij adalah seorang ahli ibadah yang membangun suatu biara. Suatu ketika penggembala sapi singgah di biaranya dan ada seorang wanita pelacur berbuat zina dengan penggembala tersebut.

Suatu hari ibu Juraij datang dan memanggil, sementara ia sedang sholat. Maka ia berkata, “Tuhanku, itulah ibuku, dan aku sedang sholat,” maka ia melanjutkan sholatnya sehingga ibunya pulang. Esok harinya ibunya datang kembali di waktu Juraij sedang sholat dan ia tidak menyambut panggilan ibunya lagi. Dia berkata, “Wahai Tuhanku, itulah ibuku dan aku sedang sholat.” Kemudian ibunya datang ketiga kalinya ketika Juraij sedang sholat. Ia berkata, “Tuhanku, itulah ibuku dan aku sedang sholat.”

Ketika itu marahlah ibu Juraij dan berdoa, “Ya Allah, jangan matikan ia sehingga melihat wajah wanita pelacur.” Beberapa saat kemudian datang penguasa membawa wanita (pelacur) yang baru melahirkan dan ia ditanya, “Dari laki – laki siapa anak itu dilahirkan?” Ia (pelacur) menjawab, “Juraij”. Ia ditanya lagi, “Bukankah dia penjaga biara itu?” Pelacur itu menjawab, “Ya.” Lalu  penguasa memerintahkan orang – orang, “Hancurkan biara itu dan bawa Juraij ke sini!” Lalu dihancurkanlah biara itu dan Juraij diborgol dan lehernya diikat dengan tali, dibawalah Juraij di depan para perempuan – perempuan pelacur dan mereka menyaksikannya sembari tersenyum.

Juraij berkata, “Wahai raja, mengapa kamu berbuat demikian kepadaku?” Penguasa itu menjawab, “Kau telah berbuat zina dengan wanita ini sehingga lahirlah anak itu darimu!” Lalu berkatalah Juraij, “Dimanakah bayinya itu?” Orang – orang berkata, “Ini bayinya bersama ibunya.” Lalu Juraij mendekatinya dan (bertanya pada bayi itu), “Siapa ayahmu?” Bayi itu menjawab, “Si penggembala sapi!”

Mendengar jawaban si bayi itu, sang penguasa berkata pada Juraij, “Sukakah kamu jika kami membangunnya kembali biara itu dengan emas?” Juraij menjawab, “Tidak.” Ia bertanya lagi, “Dengan perak?” Juraij menjawab , “Tidak.” Penguasa itu bertanya lagi, “Lalu kami bangun dengan apa?” Jawab Juraij, “Kembalikanlah seperti semula. ” Penguasa itu bertanya lagi, “Kenapa engkau tersenyum wahai Juraij?” Jawab Juraij, “Telah kuketahui urusan ini karena panggilan ibuku, ” kemudian Juraij menceritakannya.

Dari kisah diatas, ternyata tidak memenuhi panggilan ibu ketika beliau memanggil kita bahkan ketika kita sedang sholat dapat menyebabkan Allah menghukum kita. Apalagi kalau lebih dari itu, penulis (saya) bukanlah orang lepas dari kesalahan, terkadang juga melakukan hal – hal salah, bahkan mungkin tanpa sadar ataupun sengaja pernah melakukan kesalahan ini -astaghfirullah-.

Dengan tulisan ini kita semoga dapat lebih memahami arti berbakti. Memahami pengorbanan orang tua kita, terutama ibu. Bukankah ridha Allah terletak pada ridha orang tua? dan bagaimana kita bisa masuk surga jika orang tua kita marah pada kita?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *